Catatan sejarah kita sebagai umat Islam
akan kami kutip secara singkat dalam pembahasan berikut:
1.
Setelah
Mesir ditaklukkan oleh Amru bin Ash, Umar bin Khattab selaku Amirulmukminin
menunjuknya sebagai gubernur di sana. Suatu hari putra dari Amru bin Asha
berlomba pacuan kuda dengan anak salah seorang penganut agama Kristen Koptik
yang tetap memeluk agamanya dan tidak masuk Islam. Anak si penganut agama
Kristen Koptik menang dalam pacuan tersebut dan bisa mengalahkan putra Amru,
kemudian putra gubernur Mesir tersebut mengambil cambuk dan menyambuk putra
penganut Kristen Koptik seraya berkata. “Ambillah ini dan saya anak keturunan
orang-orang mulia.” Masyarakat yang mengetahui hal itu menganjurkan si Kristen
Koptik untuk berangkat ke Madinah mengadukan apa yang dilakukan putra Gubernur
kepada Umar bin Khattab. Umar bin Khattab mengirim surat pemanggilan kepada
Amru dan putranya. Ketika keduanya sudah dihadapkan kepada Umar, Umar
memberikan cambuk kepada putra si Koptik dan menyuruhnya untuk memukul putra
Gubernur.. putra penakluk Mesir.. putra orang yang membebaskan para penganut
agama Kristen Mesir dari penindasan orang-orang Romawi.. anak si Koptik pun
memukul putra Amru bin Ash dengan cambuk, setelah itu Umar berkata kepadanya,
lilitkan cambuk itu ke atas kepada Amru yang botak, tapi orang itu menjawab,
“Wahai Amirulmukminin, kami hanya mau memukul orang yang memukul kami.” Umar bin
Khattab menjawab, “Dia tidak akan memukulmu jika tidak karena kekuasaan
ayahnya, jika kamu mau memukulnya niscaya saya tidak akan mencegahmu.” Kkemudian
Umar berpaling pada penakluk Mesir, Amru bin Ash dan mengungkapkan ungkapannya
yang sangat terkenal, “Sejak kapan kalian memperbudak manusia, sedang ibu
mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?”
2.
Imam Abu
Yusuf menyebutkan dalam kitab Al-Kharrâj bahwa Umar bin Khattab Ra melihat
seorang Yahudi yang sudah sangat tua meminta-minta, Umar bertanya mengenai hal
itu kepadanya, tahulah Umar bahwa dia meminta-minta karena umurnya sudah tua
dan karena kebutuhan yang sangat mendesak. Umar buru-buru pergi ke baitul mal (perbendaharaan negara) dan
menyuruh penjaganya untuk memberikan jatah santunan tetap secukupnya kepada orang
tersebut dan yang senasib dengannya, Umar berkata mengenai hal itu, “Sungguh
tidak adil jika kita mengambil upeti dari dia ketika dia masih muda kemudian
kita menelantarkannya ketika dia sudah tua”.
3.
Abu Yusuf
juga menyebutkan dalam kitab Al-Kharrâj bahwa akad perjanjian jaminan keamanan
yang ditulis Khalid bin Walid untuk penduduk Hairah di Irak yang beragama
Kristen, diantara isinya adalah: “Saya memberi keringanan bagi orang tua yang
sudah tidak mampu bekerja, atau orang yang punya penyakit, atau orang kaya yang
jatuh miskin dan punya hutang sehingga dia berhak menerima sedekah. Maka saya
bebaskan dia dari upeti dan orang tersebut beserta keluarganya mendapat jatah
dari baitul mal”. Ini terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra dan
diketahui para sahabat.
4.
Ali bin
Abi Thalib pernah berkata mengenai ahli zimmah (orang yang mendapat jaminan keamanan
dari pemerintahan Islam), “Mereka membayar upeti agar harta mereka seperti
harta kaum muslim, dan darah (jiwa) mereka sama dengan darah kita”.
5.
Amirulmukminin
Ali bin Abi Thalib Ra menemukan baju besinya yang hilang berada di tangan
laki-laki Kristen, keduanya memperebutkan baju besi tersebut ke Syuraih sebagai
hakim. Ali berkata, “Baju besi itu milik saya, saya tidak menjualnya juga tidak
memberikannya kepada siapa-siapa”. Si hakim bertanya kepada si Kristen mengenai
pernyataan Amirulmukminin. Si Kristen menjawab, “Baju besi ini tidak lain
adalah milik saya, dan menurut saya Amirulmukminin adalah pembohong.” Syuraih
mengalihkan pandangan kepada Amirulmukminin seraya bertanya, “Apakah Anda punya
bukti?” Ali tertawa dan berkata, “Syuraih benar, saya tidak punya bukti.”
Syuraih memutuskan baju besi tersebut menjadi milik si Kristen karena baju besi
tersebut ada di tangannya dan orang yang hendak mengambilnya, yaitu
Amirulmukminin tidak memiliki bukti. Si Kristen pun mengambilnya dan membawanya
pulang. Setelah beranjak beberapa langkah, si Kristen kembali lagi dan berkata,
“Saya bersaksi bahwa ini merupakan pengadilan para Nabi. Amirulmukminin
menuntut saya kepada hakimnya dan hakimnya memutuskan perkara itu untuk saya. Saya
bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan
Allah. Baju besi itu milik Anda wahai Amirulmukminin. Saya ikut pasukan dan
waktu itu Anda kembali dari Shiffin kemudian tercecer beberapa lembar dari onta
Anda.” Ali Ra berkata, “Jika kamu sudah masuk Islam, maka baju besi itu jadi
milik kamu”.
6.
Telah
kami sebutkan di atas apa yang dikatakan Uskup tinggi Gereja Koptik yang
menyatakan, “Penaklukan yang dilakukan orang-orang Islam di Mesir merupakan
awal fase aman yang dirasakan orang-orang Koptik dan akhir dari masa penindasan
atas nama agama yang dialami mereka di bawah kekuasaan Romawi dan yang
lainnya”. Kami tambahkan pula di sini kesaksian Dr. Wiliam Sulaiman Qiladah
yang dikutip oleh Fahmi Huwaidi dalam artikelnya yang dimuat di koran Al-Ahram
(1 Desember 1998). Dalam artikelnya dia menyebutkan, “Sejarah masih saja
memihak kepada kaum muslim dengan apa yang membanggakan mereka. Sebagaimana disebutkan
oleh Dr. William Sulaiman Qiladah, seorang intelektual penganut Kristen Koptik
Mesir yang sangat terkenal, dia menyatakan bahwa mereka menjadi (minoritas yang
dimanja), kami juga mencatat bahwa sebagian kaum muslim merasa iri terhadap
umat Kristen atas apa yang mereka rasakan dan yang mereka nikmati dari
kemuliaan, sampai ada salah seorang penyair pada masa Khalifah Fatimiyyah Al-Azizbillah
yang mengungkapkan perasaan itu dalam sebuah syairnya yang intinya:
Jadilah
penganut Kristen karena menjadi Kristen di zaman kita jadi agama yang benar dan
akan dimanja
Katakan
dengan tiga hal, jadilah pengikut Al-Aziz, atau pergilah dan terlantarlah
selain mereka, maka dia sungguh akan terlantar
Ya’kub
sang menteri adalah ayah dan Al-Aziz ini adalah anaknya dan roh kudus adalah
keutamaan”.
Bahkan
salah seorang muslim pernah menulis pengaduan kepada sang Khalifah yang dalam
suratnya menyatakan, “Demi Dzat yang memuliakan Yahudi dengan Minsya dan
Kristen dengan Isa bin Nasturs (yang pertama wakilnya di Syam dan yang kedua
salah seorang menterinya) dan membuat hina kaum muslim dengan Anda, kecuali
Anda segera menyadari pengaduan saya”.
7.
Sebagian
besar sejarawan menyebutkan bahwa umat Kristen Mesir menjadi penolong Amru bin
Ash sebagai bentuk pelarian mereka dari apa yang mereka dapatkan dari
penindasan yang dilakukan orang-orang Kristen Romawi. Ibnu Abdul Hakam berkata,
“Ketika pasukan Amru menyusuri kampung-kampung menuju Alexandria para pendeta
Koptik juga ikut serta, mereka memperbaiki jalan bagi Amru dan pasukannya,
membuat jembatan dan pasar-pasar, agar Amru menolong mereka untuk memerangi
Romawi”. Dia juga mengatakan, “Pasukan Islam singgah di tempat para pendeta dan
mereka membantu serta memberikan semua yang dibutuhkan, seperti makanan bagi
mereka dan makanan untuk tunggangan mereka”. Bahkan Ibnu Abdul Hakam sering
menyebutkan dalam beberapa kali pernyataannya tentang penaklukan Mesir bahwa,
“Orang-orang Kristen juga ikut membantunya (Amru)!!!”
8.
Qasim
Abduh Qasim menyebutkan dalam artikelnya di koran Al-Hayat di London; “Tapi
yang pasti dalam berbagai sumber sejarah disebutkan bahwa para penakluk tidak
memaksa penduduk suatu daerah untuk memeluk agama mereka atau berbicara dengan
menggunakan bahasa mereka, dan kita tidak berbicara mengenai bantuan para
penganut Kristen Koptik kepada Amru bin Ash. Karena ini hal yang sudah sangat
masyhur, kita juga tidak membahas mengenai sikap Uskup Benyamin Petrus (yang
lari ke Sha’id dari penindasan orang-orang Bezantium) terhadap Amru bin Ash dan
kaum muslim. Ini juga merupakan hal yang sangat masyhur. Hanya yang harus kita
perhatikan adalah bahwa Islam tidak lantas menjadi agama mayoritas kecuali
setelah abad ke-3 H atau ke-9 M. Yakni, Islam telah tinggal di Mesir selama
tiga abad sebelum akhirnya menjadi agama mayoritas. Hal ini membantah tuduhan
adanya penindasan yang dilakukan umat Islam terhadap penganut Kristen di Mesir”.
9.
Kita berhenti sejenak dalam pernyataan kita
tadi bahwa, apa yang disebutkan penulis artikel mengenai sikap Benyamin dan
bantuan penganut agama Kristen di Mesir terhadap pasukan Amru dan menyebut itu
sebagai hal yang sudah diketahui banyak orang dan tidak perlu kita bahas lagi. Namun
hal itu sekarang sudah menjadi tidak terkenal lagi, ada sebagian orang yang
sengaja menyembunyikan kenyataan-kenyataan sejarah ini untuk tujuan busuk,
sehingga bisa menimbulkan kesan akan adanya penindasan terhadap umat Kristen
yang dilakukan oleh umat Islam di Mesir. Sebagian umat Islam ada yang menyadari
hal ini, sehingga Abdul Latif Fayed menulis di koran Jumhuriyah. Dia merasa
heran bagaimana bisa sampai terjadi penutupan terhadap kenyataan-kenyataan
mengenai penaklukan Mesir dan kejadian-kejadian penting lainnya. Dia berkata, “Sungguh
termasuk aib yang sangat besar menurut budaya bangsa-bangsa bagi mereka yang
tidak mau mengakui sejarah ini, mereka menyebutkan bahwa sudah empat belas abad
lamanya Islam masuk ke Mesir, lantas penulis menyuguhkan beberapa bukti
mengenai kenyataan-kenyataan yang dipelintir yang terjadi selama kurun waktu
ini. Dia melanjutkan: Uskup Benyamin berlindung di biara yang ada dataran
tinggi Mesir dekat Qûs (sekarang termasuk provinsi Qina), agar tidak dipaksa oleh
penjajah (Romawi) untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan
keinginannya. Uskup Benyamin memiliki saudara yang termasuk pembesar pendeta
yang juga telah menjabat sebagai uskup, Qairus (sebagai perwakilan Romawi di
Mesir) mendatanginya untuk dijadikan contoh bagi yang lain. Awalnya dia
ditawari agar beriman pada madzhab yang diinginkannya, tapi saudara Banyamin
menolaknya dan tetap kokoh menolaknya, sehingga membuat Qairus marah. Tidak ada
jalan lain bagi dia kecuali menyiksanya. Dia nyalakan api yang sangat besar dan
menjadikannya sebuah lingkaran yang di dalamnya berdiri saudara Benyamin dengan
telanjang bulat, sehingga lemak tubuhnya meleleh ke tanah, dia tetap kokoh
memegang keyakinanya dan tidak terpengaruh sama sekali, lantas dicopot giginya
dan dia tetap tak bergeming, setelah itu mereka membungkusnya dengan pasir dan
dibawa ke laut. Sesampainya di sana dia diberi pilihan antara madzhab yang baru
atau mati di laut, dan dia memilih mati, kemudian mereka melemparkannya ke laut
hingga mati tenggelam. Jika ini yang dilakukan orang-orang Romawi terhadap para
pendeta, lantas apa yang dilakukan mereka terhadap rakyat jelata yang tetap
pada pendirian mereka, teguh memegang keyakinannya dan tidak mengakui pemimpin Gerejanya
selain Uskup Benyamin? Setelah itu datang Islam ke Mesir. Pemimpin pasukannya
Amru bin Ash mengumumkan toleransinya terhadap rakyat Mesir, yang mana mereka
juga telah membantu memerangi Romawi yang telah menjajah Mesir. Dan diantara
hal terbesar yang dilakukan pemimpin agung ini adalah meminta Uskup Benyamin untuk
kembali dengan jaminan keamanan pada jiwanya, madzhab Kristennya, kursi
kepausannya dan jabatan di Gerejanya”.
10. Mustasyar Edwar Ghali Adz-Dzahabi
mengatakan, “Sebenarnya para uskup tidak pernah melupakan pelajaran yang sangat
berharga yang mereka ambil dari kekaisaran Romawi yang beragama Kristen, dan
apa yang mereka tawarkan secara paksa mengenai perbedaan madzhab tentang satu
wujud atau dua wujud asli Isa Al-Masih, yang membuat pendeta Benyamin lari ke
padang pasir selama beberapa tahun, sampai datang Amru bin Ash dan
mengembalikannya ke kursi kependetaannya. Penindasan inilah yang membuat para
penganut Kristen Koptik mau menerima orang-orang Arab dan mau membantu mereka
dalam rangka menaklukkan Mesir”.
11. Dalam bukunya yang berjudul (Pembebasan
Mesir oleh orang-orang Arab) Bhattler mengatakan, “Dalam menerapkan hukum atau
peraturan, Umar mengambil langkah moderat dan toleran, dan dia sama sekali
tidak punya kepentingan terhadap dua madzhab keagamaan, kita memiliki banyak
bukti atas kebenaran pendapat ini”. Yang dimaksud dua madzhab adalah madzhabnya
penduduk Mesir dan madzhabnya penguasa Romawi, dan sebagaimana kita ketahui
keduanya sama-sama penganut agama Kristen.
12. Blater menyebutkan dalam bukunya
(penaklukan kota-kota besar) bahwa Khalifah dari Bani Umayyah, Al-Walid bin
Yazid memindah para ahli zimmah yang berada di Ciprus ke Syam karena takut
serangan pasukan Romawi, dan demi menjaga keamanan wilayahnya serta untuk
berjaga-jaga menurut prediksinya, tapi hal itu telah membuat marah para ahli
fikih dan seluruh umat Islam. Mereka menganggap hal itu merupakan kebijakan
yang sangat fatal, dan ketika pada masa Yazid bin Al-Walid mereka dikembalikan
lagi ke Ciprus. Umat Islam memuji keputusannya dan menjadikan hal ini sebagai
salah satu kebijakannya yang sangat terpuji. Dari peristiwa ini kita bisa
mengetahui betapa umat Islam mulai dari ahli fikih sampai ke masyarakat biasa
ikut serta membela ahli zimmah yang beragama Kristen.
13. Orang-orang yang memiliki sikap tegas
sering muncul dalam sejarah kita, diantaranya sikap ahli fikih, Imam Besar
Syam, Imam Al-Auza’i rahimahullah (semoga dirahmati Allah). Pada masanya ada
salah seorang pejabat Bani Abbas di Syam telah mengusir ahli zimmah dari
pegunungan Libanon, karena sebagian kelompok dari mereka menentang petugas yang
bertugas menarik upeti, pejabat ini termasuk salah seorang famili Khalifah Bani
Abbas. Al-Awza’i menulis surat yang sangat panjang kepadanya, yang diantara isi
suratnya, “Bagaimana suatu masyarakat secara umum dihukum gara-gara kesalahan
sebagian dari mereka, sehingga mereka dikeluarkan dari wilayah mereka dan harta
kekayaan mereka. Sedangkan hukum Allah menyebutkan: (yaitu) bahwasanya
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Qs. An-Najm: 53).
Ayat ini yang lebih tepat untuk dijadikan sikap dan yang lebih berhak untuk
diikuti, sedangkan wasiat yang paling berhak untuk dijaga dan dilestarikan
adalah wasiat Rasulullah Saw yang bersabda: ingatlah wahai orang yang menzalimi
orang-orang yang telah mengadakan perjanjian atau membebani mereka di atas
kemampuannya atau mengambil hak mereka tanpa keridhaannya, maka nanti di hari
kiamat sayalah yang akan menjadi penuntutnya. Mereka bukan budak yang boleh
dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Mereka adalah orang-orang merdeka,
mereka adalah ahli zimmah”.
14. Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi pernah
mengatakan, “Bahkan sangat banyak sekali pemimpin-pemimpin yang zalim yang lebih
menyayangi ahli zimmah demi menjaga perjanjian dengan mereka, tapi di sisi
lain, mereka sangat kejam terhadap orang-orang yang seagama dengan mereka dan
menelantarkan mereka. Sampai kita mendengar Syaikh Dardir, salah seorang ulama
Malikiyah dan tokoh yang sangat disegani pada masanya, menyinggung tentang sikap
para pemimpin kaum muslim yang lebih memuliakan ahli zimmah dan lebih mementingkan
mereka daripada kaum muslim. Dia berkata: sekiranya umat Islam diperlakukan
seperti ahli zimmah oleh para pemimpin mereka, sehingga beberapa orang dari
umat Islam ada yang sampai mengatakan: sekiranya para pemimpin itu mengambil
upeti dari kami, sebagaimana mereka mengambil upeti dari orang-orang Kristen
dan Yahudi, kemudian setelah itu membiarkan kami sebagaimana para pemimpin itu
meninggalkan mereka: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke
tempat mana mereka akan kembali (Qs. Asy-Syu’ara’: 26).”
15. Hal yang sama juga disampaikan oleh
Syaikh Imam Ibnu Taimiyah, Syaikhul Islam, ahli fikih terbesar pada masanya,
ketika dia ditahan oleh sebagian pemimpin yang zalim di benteng Damaskus, di
penjara tersebut ada beberapa orang-orang Kristen. Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sedangkan
orang-orang Kristen ditahan dengan baik, di sana mereka menyekutukan Allah dan
mendirikan gereja, sekiranya kita ditahan sebagaimana tahanan orang-orang
Kristen dan sekiranya kita disamakan dengan orang-orang musyrik dan penyembah
berhala, tapi nyatanya mereka diperlakukan terhormat sedangkan kita
diperlakukan dengan hina!!” Sampai para tahanan pihak Kristen yang terkenal pun
dihormati oleh para pemimpin Islam!!
16. Pengarang buku “Sejarah Perang Salib”
mengatakan, “Secara keseluruhan para penganut agama Kristen tidak ada yang
sengsara di bawah kekuasaan pemerintahan Bani Abbas. Memang benar mereka
mendapat serangan dari sebagian kaum muslim pada abad ke-19. Hanya saja hal itu
dikarenan kekayaan mereka yang melimpah ruah, sehingga mereka mendapat
perlakuan yang sangat keras dan kasar. Uskup Baitul Maqdis menjelaskan kondisi
ketika itu kepada temannya di Konstantinopel yang menjelaskan tentang
pemerintahan Islam: mereka sangat adil dan tidak pernah mengganggu kami dan
tidak pernah bersikap keras kepada kami”.
17. Yang paling sering disebut dalam
sejarah (terutama pada masa pemerintahan Bani Abbasyiah) adalah mengenai
dominasi ahli zimmah terhadap orang-orang Islam, pengaduan paling banyak yang
sampai ke Khalifah dan para pejabat pemerintahan Islam adalah permintaan agar
mereka bisa mencegah para ahli zimmah yang menzalimi kaum muslim. Jika sebagian
ahli zimmah memegang jabatan tertentu, mereka menggunakan kesempatan itu untuk
menindas umat Islam. Kondisi ini berbanding terbalik karena tidak ada ahli zimmah
yang ditindas. Kami akan menggambarkan secara singkat sikap ahli zimmah
terhadap umat Islam pada masa Bani Abbasiyah yang kami nukil dari kitab ahli zimmah
karya Ibnul Qayyim:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar